Minggu, 06 Januari 2019

THEORY OF COMMUNICATION


SYMBOLIC INTERACTIONISM of George Herbert Mead

Teori interaksi simbolik ini berdasarkan pada filsafat, yaitu pragmatis menyatakan 3 prinsip dasar dari interaksi simbolik yaitu, makna, bahasa, dan pemikiran.

Dasar teori interaksi simbolik:
1. Makna: Dasar Dari Realitas Sosial (Meaning: The Construction of Social Reality)
Blumer perpendapat bahwa alasan tindakan manusia terhadap orang lain atau objek berdasar pada makna yang mereka pahami terhadap manusia atau objek tersebut. Pada awalnya makna tidak memiliki arti, karena adanya proses interaksi maka makna itu memiliki arti yang disepakati bersama. Dalam menghadapi sesuatu, individu bertindak sesuai dengan apa yang dimaknai dalam sebuah situasi tersebut.
2. Bahasa: Sumber Dari Makna (Language: The source of Meaning)
Alasan kedua Blumer bahwa interaksi sosial menghasilkan makna antara orang yang satu dengan yang lainya. Sebagai makhluk yang memiliki kemampuan untuk menggunakan bahasa, kita bisa memberika nama terhadap suatu benda, menunjukan objek secara lebih detail, mendifinisikan sebuah tidakan, atau menunjukan gagasan yang tidak jelas. Pada dasarnya bahasa merupakan sumber makna yang diberikan seseorang terhadap suatu hal.
3. Berpikir: Proses Pengambilan Peran Orang Lain (Thought: The Process of Taking The Role of the Other)
Alasan Blumer bahwa penafsiran individu terhadap simbol-simbol telah termodifikasi oleh mereka selama proses berfikir. Interaksi simbolik menjelaskan bahwa proses berpikir sebagai percakapan batin. Sebelum berfikir, kita harus mampu berinteraksi simbolik. Interaksi simbolik menggambarkan bahwa berpikir sebagai pusat komunikasi. Sosialisasi merupakan salah satu cara untuk berinteraksi sosial dengan sesama manusia. Manusia mengenal sosialisasi untuk pertama kalinya di dalam keluarga. Selama proses sosialisasi, manusia mempelajari makna dan simbol. Makna dan simbol yang diterima kemudian di tangkap oleh akalnya, dan mewujudkanya dalam suatu tindakan.
Critism/Catatan kritis
Teori interaksi simbolik yang dikemukakan oleh Mead melupakan satu hal penting. Dalam pemaparanya, Mead melupakan keterbatasan individu untuk menerima simbol dengan baik. Di dunia ini banyak manusia yang memiliki kekurangan, seperti tidak bisa mendengar, tidak bisa melihat, tidak bisa berbicara, dan memiliki keterbatasan fisik lainya. Dengan keterbatasan yang dimiliki, orang tersebut tidak dapat memaknai hal tersebut dengan baik. Sebagai contoh, orang yang tidak bisa berbicara tentu sangat sulit memaknai hal lewat bahasa. Kesulitan ini dapat mempengaruhi bahasa sebagai sumber makna.



EXPENTANCY VIOLATIONS THEORY of Jude Burgoon

Teori pelanggaran harapan atau expectancy violations theory adalah salah satu teori komunikasi khususnya teori komunikasi interpersonal yang dikenalkan pertama kali oleh Judee K. Burgoon dan kawan-kawan pada sekitaran tahun 1970an. Teori ini berbicara tentang pengaruh komunikasi nonverbal dan pengaruh perilaku manusia. Di tahun 1980an dan tahun 1990an, teori pelanggaran harapan kemudian berkembang menjadi teori pelanggaran harapan nonverbal yaitu sebuah teori yang juga dikemukakan oleh Judee K. Burgoon. Teori pelanggaran harapan nonverbal merupakan teori yang menjelaskan pelanggaran ruang pribadi yang diciptakan oleh manusia bagi diri mereka sendiri.
Teori pelanggaran harapan berpendapat bahwa penafsiran sebuah pesan tidak sesederhana seperti yang dikatakan atau bagaimana pesan dikatakan. Lebih dari itu, penafsiran sebuah pesan ditentukan oleh situasi, nilai ganjaran orang lain, dan bagaimana pesan-pesan memenuhi harapan seseorang atau tidak. Ketika apa yang kita harapkan terjadi dalam suatu interaksi tidak terjadi, maka kita akan mencatat seberapa sering hal itu terjadi dan memberi perhatian lebih terhadap berbagai kejadian yang ada.

Asumsi Teori
Teori pelanggaran harapan memiliki tiga asumsi utama, yaitu :
1. Harapan mendorong interaksi manusia
Asumsi pertama menyatakan bahwa orang membawa harapan dalam interaksi mereka dengan orang lain ditentukan oleh beberapa faktor yaitu faktor komunikator, faktor relasional, dan faktor konteks. Para pencetus teori pelanggaran harapan berpendapat bahwa orang-orang yang berinteraksi dengan orang lain memiliki sejumlah harapan tentang bagaimana sebuah pesan harus disampaikan dan bagaimana pembawa pesan harus mengirimkannya.
Bagi Judee K. Burgoon dan Jerold Hale, terdapat dua jenis harapan yaitu harapan pra-interaksi dan harapan interaksi. Yang dimaksud dengan harapan pra-interaksi adalah meliputi pengetahuan dan keterampilan interaksi yang dimiliki komunikator sebelum ia memasuki percakapan. Sementara itu, yang dimaksud dengan harapan interaksi adalah kemampuan seseorang untuk melakukan interaksi.
2. Harapan bagi perilaku manusia dapat dipelajari
Asumsi kedua teori pelanggaran harapan, orang dapat mempelajari harapan mereka secara luas dari budaya dan individu yang berada dalam budaya tersebut. Harapan perilaku manusia dapat dipelajari  misalnya dari guru, orang tua, masyarakat, televisi, dan media online.
3. Orang membuat prediksi tentang perilaku nonverbal
Asumsi ketiga teori pelanggaran harapan adalah bahwa orang dapat membuat prediksi terkait dengan komunikasi nonverbal seperti kontak mata, sentuhan, bahasa tubuh, dan lain-lain

Menurut Judee K. Burgoon, dalam teori pelanggaran harapan memiliki beberapa konsep dasar, diantaranya adalah sebagai berikut :

1. Expectations – harapan
Sebagai sebuah teori komunikasi, teori pelanggaran harapan secara khusus menekankan pada harapan seseorang terkait dengan apa yang dilakukan dalam interaksi interpersonal. Harapan adalah kognisi abadi tentang perilaku yang diantisipasi.  Terdapat dua macam harapan yaitu prediktif dan preskriptif.
Predictive expectations – perilaku dan komunikasi terjadi berdasarkan harapan-harapan dalam sebuah lingkungan, situasi, atau konteks tertentu.
Prescriptive expectations – cara yang dilakukan orang lain memperlihatkan perilaku dan berkomunikasi dalam lingkungan, situasi, atau konteks.
Dari berbagai jenis harapan di atas, dapat kita lihat bahwa terdapat tiga faktor yang mempengaruhi harapan seseorang, yaitu variabel interaktan atau aktor, variabel lingkungan, dan variabel yang berhubungan dengan sifat interaksi.
Variabel aktor – merujuk pada karakteristik individu seperti jenis kelamin, umur, ras, budaya, dan status.
Variabel lingkungan – merujuk pada jumlah ruang yang tersedia dan sifat wilayah yang ada saat interaksi berlangsung.
Variabel interaksi – merujuk pada norma-norma sosial, tujuan interaksi, dan keformalan situasi.
Ketiga faktor tersebut nantinya berkembang menjadi karakteristik komunikator, karakteristik hubungan, dan konteks. Yang termasuk ke dalam karakteristik komunikator adalah usia, jenis kelamin, latar belakang budaya, penampilan individu, kepribadian, dan gaya komunikasi. Sementara itu, yang termasuk ke dalam karakteristik hubungan adalah kesamaan, kekeluargaan, status,  kesukaan, jenis hubungan yang dijalin oleh seseorang dengan yang lain, pengalaman yang dibagi dengan orang lain, dan kedekatan antara seseorang dengan orang lain. Terakhir, konteks merujuk pada karakteristik lingkungan dan interaksi.  Jika seseorang memiliki kemampuan untuk memberikan ganjaran atau hukuman kepada individu lainnya di masa mendatang maka orang tersebut memiliki valensi ganjaran positif.
2. Communicator reward valence – valensi ganjaran komunikator
Istilah valensi ganjaran komunikator digunakan untuk menggambarkan hasil penilaian. Dapat dikatakan bahwa valensi ganjaran komunikator adalah sebuah evaluasi yang dibuat oleh seseorang tentang orang lain yang melakukan pelanggaran harapan. Adapun konsep dibalik valensi ganjaran komunikator menurut Em Griffin adalah jumlah atribusi positif dan negatif yang dibawa oleh individu lainnya ditambah dengan potensi untuk memberi ganjaran atau menghukum individu lain sebagai penerima pesan di masa mendatang.

Terkait dengan ganjaran dan hukuman, dalam teori pertukaran sosial telah dijelaskan bahwa setiap individu akan mencari ganjaran dan berupaya untuk menghindari hukuman. Ketika individu berinteraksi dengan individu lainnya, maka ia akan menilai berbagai atribusi baik positif maupun negatif yang dibawa oleh individu lainnya.
3. Violation valence – valensi pelanggaran
Judee K. Burgoon meyakini bahwa deviasi atau penyimpangan atau pelanggaran dari harapan memiliki nilai gairah. Istilah nilai gairah digunakan untuk menggambarkan konsekuensi deviasi atau penyimpangan dari harapan. Ketika harapan seseorang dilanggar, akan membangkitkan minat atau perhatian seseorang dan kemudian ia akan menggunakan mekanisme tertentu untuk mengatasi pelanggaran tersebut. Saat gairah terjadi, minat atau perhatian seseorang terhadap penyimpangan atau deviasi akan meningkat dan seseorang menjadi kurang memperhatikan pesan dan lebih memperhatikan sumber gairah.
Seseorang mungkin saja akan mengalami peningkatan gairah kognitif dan gairah fisik. Yang dimaksud dengan gairah kognitif adalah kewaspadaan atau orientasi terhadap pelanggaran dimana indera intuitif kita semakin meningkat. Gairah fisik mencakup perilaku yang dimiliki komunkator saat berinteraksi. Begitu ada gairah maka ancaman bisa terjadi.


DRAMATISM of Kenneth Burke

Teori dramatisme adalah teori yang mencoba memahami tindakan kehidupan manusia sebagai drama. Dramatisme, sesuia dengan namanya, mengonseptualisasikan kehidupan sebagai sebuah drama, menempatkan suatu focus kritik pada adegan yang diperlihatkan oleh berbagai pemain. Seperti dalam drama, adegan dalam kehidupan adalah penting dalam menyingkap motivasi manusia. Dramatisme memberikan kepada kita sebuah metode yang sesuai untuk membahas tindakan komunikasi antara teks dan khalayak untuk teks, serta tindakan di dalam teks itu sendiri.
Asumsi Dramatisme
1. Manusia adalah hewan yang menggunakan symbol. Beberapa hal yang dilakukan manusia dimotivasi oleh naluri hewan yang ada dalam diri kita dan beberapa hal lainnya dimotivasi oleh symbol-simbol. Dari semua symbol yang digunakan manusia yang paling penting adalah bahasa.
2. Bahasa dan symbol membentuk sebuah system yang sangat penting bagi manusia. Sapir dan Whorf (1921; 1956) menyatakan bahwa sangat sulit untuk berfikir mengenai konsep atau objek tanpa adanya kata-kata bagi mereka. Jadi, orang dibatasi (dalam batas tertentu) dalam apa yang dapat mereka pahami oleh karena batasan bahasa mereka. Ketika manusia menggunakan bahasa, mereka juga digunakan oleh bahasa tertentu. Ketika bahasa dari suatu budaya tidak mempunyai symbol untuk motif tertentu, maka pembicara yang menggunakan bahasa tersebut juga cenderung untuk tidak memiliki motif tersebut. Kata-kata, pemikiran, dan tindakan memiliki hubungan yang sangat dekat satu sama lain.
3. Manusia adalah pembuat pilihan. Dasar utama dari dramatisme adalah pilihan manusia. Hal ini ada keterikatannya dengan konseptualisasi akan agensi (agency), atau kemampuan actor sosial untuk bertindak sebagai hasil pilihannya.


COGNITVE DISSONANCE THEORY of Leon Festinger 

Teori disonansi kognitif adalah teori yang menjelaskan bagaimana manusia secara konsisten mencari dan berupaya untuk mengurangi disonansi atau ketidaknyaman dalam berbagai situasi yang baru. Teori ini secara revolusional memikirkan tentang proses-proses psikologi sosial khususnya yang terkait dengan bagaimana suatu penghargaan berdampak pada sikap dan perilaku. Selain itu, teori ini juga menekankan pada bagaimana perilaku dan motivasi berdampak pada persepsi dan kognisi.

Asumsi Dasar
Dari uraian singkat teori disonansi kognitif yang dirumuskan oleh Festinger, maka dapat dikatakan bahwa teori disonansi kognitif didasarkan atas 3 (tiga) asumsi dasar, yaitu :
Manusia sangat sensitif terhadap adanya inkonsistensi antara tindakan dan kepercayaan.
Pengakuan terhadap adanya inkonsistensi ini dapat menyebabkan disonansi dan dapat memotivasi seorang individu untuk mengatasi disonansi yang ada.
Disonansi dapat diatasi melalui salah satu dari 3 (tiga) cara berikut ini, yaitu :
Perubahan kepercayaan.
Perubahan tindakan.
Perubahan persepsi tindakan.

Sabtu, 05 Januari 2019

Resume materi seminar

PENA BERSUARA
"SILENCE DOESN'T MEAN GOLD ANYMORE"aga
Pembicara :
- Maya Rachma, S.c (Arts)
- Sandra Olifia, M.Si

Moderator :
- Rizki Inayah Dwijayanti, S.Ikom, M.Ikom

Materi I, di sampaikan oleh Sandra Olifia, M.Si, yaitu:
Public speaking adalah ketika berbicara didepan publik atau orang banyak. Masalah utama bicara didepan umum adalah mentaluntuk menangani masalah ini menggunakan 5W+1H+Practise sebagai berikut:
  1. What, apa materi yang akan direncanakan untuk disampaikan depan orang banyak.
  2. Who, siapa sasaran kita atau audience. 
  3. Where, dimana tempat bicaranya, intonasi suaranya disesuaikan.
  4. Why, kenapa materi ini perlu disampaikan, harus mengusai audiencenya agar menguasai materi. 
  5. When, kapan suasana waktunya, harus diperhatikan agar audience bergairah saat kita berbicara.
  6. How, bagaimana persiapannya baik secara teknis seperti alat bantu misal power point. 
  7. Practise, berlatih dan mempraktekan terus menerus saat sebelum ingin tampil.
Materi II, disampaikan oleh Maya Rachma, S.c, yaitu:
Public speaking adalah latihan. Untuk latihan berbicara di depan umum ada beberapa cara, yaitu:
Percaya diri: masalah psikolog/mental, hanya diri sendiri yang bisa menyelesaikan.
Teknik vocal:
-Suara, pastikan terdengar audience.
-Artikulasi, lafalkan katakata dengan penuh keyakinan sehingga terdengar jelas.
-Packing/speed, pastikan cara bicara tidak terlalu cepat dan tidak terlalu pelan.
Ekspresi dan Gesture
-Ekspresi tunjukan excitement kamu saat berbicara. Bisa dengan memainkan alis atau tatapan mata dan gerak tangan.
-Intonasi, mainkan nada saat bicara seperti bicara kepada teman.
-Bergerak, secara natural dan nyaman, bisa gerakan tangan atau berjalan sesekali.
Komunikatif
-Engage your audience, perlakukan audience sebagai bagian dari forum.
-Eye contact, jangan takut menatap mata audience.
-Menyapa/bertanya pada audience, agar audience merasa bagian dari forum.

How should i prepare?
1. Persiapan materi
-Penyusunan materi, materi apa yang akan disampaikan.
-Bagaimana setting atau format acaranya.
-Siapa audience nya.
-Pointers, buatlah point materi apa saja yang ingin disampaikan.
2. Latihan, lihatlah dirimu beberapa kali agar percaya diri dan bisa menyusun konsep atau kata-kata efektif untuk menyampaikan materi.
3. Persiapan fisik
-Penampilan, gunakan pakaian yang sesuai
-Makan atau minum, pastikan kondisi fisik prima.
-Alat bantu, ppt sudah siap dan siapkan.
-Overcome rasa nervous,  tarik nafas dan menenangkan pikiran.