Minggu, 06 Januari 2019

THEORY OF COMMUNICATION


SYMBOLIC INTERACTIONISM of George Herbert Mead

Teori interaksi simbolik ini berdasarkan pada filsafat, yaitu pragmatis menyatakan 3 prinsip dasar dari interaksi simbolik yaitu, makna, bahasa, dan pemikiran.

Dasar teori interaksi simbolik:
1. Makna: Dasar Dari Realitas Sosial (Meaning: The Construction of Social Reality)
Blumer perpendapat bahwa alasan tindakan manusia terhadap orang lain atau objek berdasar pada makna yang mereka pahami terhadap manusia atau objek tersebut. Pada awalnya makna tidak memiliki arti, karena adanya proses interaksi maka makna itu memiliki arti yang disepakati bersama. Dalam menghadapi sesuatu, individu bertindak sesuai dengan apa yang dimaknai dalam sebuah situasi tersebut.
2. Bahasa: Sumber Dari Makna (Language: The source of Meaning)
Alasan kedua Blumer bahwa interaksi sosial menghasilkan makna antara orang yang satu dengan yang lainya. Sebagai makhluk yang memiliki kemampuan untuk menggunakan bahasa, kita bisa memberika nama terhadap suatu benda, menunjukan objek secara lebih detail, mendifinisikan sebuah tidakan, atau menunjukan gagasan yang tidak jelas. Pada dasarnya bahasa merupakan sumber makna yang diberikan seseorang terhadap suatu hal.
3. Berpikir: Proses Pengambilan Peran Orang Lain (Thought: The Process of Taking The Role of the Other)
Alasan Blumer bahwa penafsiran individu terhadap simbol-simbol telah termodifikasi oleh mereka selama proses berfikir. Interaksi simbolik menjelaskan bahwa proses berpikir sebagai percakapan batin. Sebelum berfikir, kita harus mampu berinteraksi simbolik. Interaksi simbolik menggambarkan bahwa berpikir sebagai pusat komunikasi. Sosialisasi merupakan salah satu cara untuk berinteraksi sosial dengan sesama manusia. Manusia mengenal sosialisasi untuk pertama kalinya di dalam keluarga. Selama proses sosialisasi, manusia mempelajari makna dan simbol. Makna dan simbol yang diterima kemudian di tangkap oleh akalnya, dan mewujudkanya dalam suatu tindakan.
Critism/Catatan kritis
Teori interaksi simbolik yang dikemukakan oleh Mead melupakan satu hal penting. Dalam pemaparanya, Mead melupakan keterbatasan individu untuk menerima simbol dengan baik. Di dunia ini banyak manusia yang memiliki kekurangan, seperti tidak bisa mendengar, tidak bisa melihat, tidak bisa berbicara, dan memiliki keterbatasan fisik lainya. Dengan keterbatasan yang dimiliki, orang tersebut tidak dapat memaknai hal tersebut dengan baik. Sebagai contoh, orang yang tidak bisa berbicara tentu sangat sulit memaknai hal lewat bahasa. Kesulitan ini dapat mempengaruhi bahasa sebagai sumber makna.



EXPENTANCY VIOLATIONS THEORY of Jude Burgoon

Teori pelanggaran harapan atau expectancy violations theory adalah salah satu teori komunikasi khususnya teori komunikasi interpersonal yang dikenalkan pertama kali oleh Judee K. Burgoon dan kawan-kawan pada sekitaran tahun 1970an. Teori ini berbicara tentang pengaruh komunikasi nonverbal dan pengaruh perilaku manusia. Di tahun 1980an dan tahun 1990an, teori pelanggaran harapan kemudian berkembang menjadi teori pelanggaran harapan nonverbal yaitu sebuah teori yang juga dikemukakan oleh Judee K. Burgoon. Teori pelanggaran harapan nonverbal merupakan teori yang menjelaskan pelanggaran ruang pribadi yang diciptakan oleh manusia bagi diri mereka sendiri.
Teori pelanggaran harapan berpendapat bahwa penafsiran sebuah pesan tidak sesederhana seperti yang dikatakan atau bagaimana pesan dikatakan. Lebih dari itu, penafsiran sebuah pesan ditentukan oleh situasi, nilai ganjaran orang lain, dan bagaimana pesan-pesan memenuhi harapan seseorang atau tidak. Ketika apa yang kita harapkan terjadi dalam suatu interaksi tidak terjadi, maka kita akan mencatat seberapa sering hal itu terjadi dan memberi perhatian lebih terhadap berbagai kejadian yang ada.

Asumsi Teori
Teori pelanggaran harapan memiliki tiga asumsi utama, yaitu :
1. Harapan mendorong interaksi manusia
Asumsi pertama menyatakan bahwa orang membawa harapan dalam interaksi mereka dengan orang lain ditentukan oleh beberapa faktor yaitu faktor komunikator, faktor relasional, dan faktor konteks. Para pencetus teori pelanggaran harapan berpendapat bahwa orang-orang yang berinteraksi dengan orang lain memiliki sejumlah harapan tentang bagaimana sebuah pesan harus disampaikan dan bagaimana pembawa pesan harus mengirimkannya.
Bagi Judee K. Burgoon dan Jerold Hale, terdapat dua jenis harapan yaitu harapan pra-interaksi dan harapan interaksi. Yang dimaksud dengan harapan pra-interaksi adalah meliputi pengetahuan dan keterampilan interaksi yang dimiliki komunikator sebelum ia memasuki percakapan. Sementara itu, yang dimaksud dengan harapan interaksi adalah kemampuan seseorang untuk melakukan interaksi.
2. Harapan bagi perilaku manusia dapat dipelajari
Asumsi kedua teori pelanggaran harapan, orang dapat mempelajari harapan mereka secara luas dari budaya dan individu yang berada dalam budaya tersebut. Harapan perilaku manusia dapat dipelajari  misalnya dari guru, orang tua, masyarakat, televisi, dan media online.
3. Orang membuat prediksi tentang perilaku nonverbal
Asumsi ketiga teori pelanggaran harapan adalah bahwa orang dapat membuat prediksi terkait dengan komunikasi nonverbal seperti kontak mata, sentuhan, bahasa tubuh, dan lain-lain

Menurut Judee K. Burgoon, dalam teori pelanggaran harapan memiliki beberapa konsep dasar, diantaranya adalah sebagai berikut :

1. Expectations – harapan
Sebagai sebuah teori komunikasi, teori pelanggaran harapan secara khusus menekankan pada harapan seseorang terkait dengan apa yang dilakukan dalam interaksi interpersonal. Harapan adalah kognisi abadi tentang perilaku yang diantisipasi.  Terdapat dua macam harapan yaitu prediktif dan preskriptif.
Predictive expectations – perilaku dan komunikasi terjadi berdasarkan harapan-harapan dalam sebuah lingkungan, situasi, atau konteks tertentu.
Prescriptive expectations – cara yang dilakukan orang lain memperlihatkan perilaku dan berkomunikasi dalam lingkungan, situasi, atau konteks.
Dari berbagai jenis harapan di atas, dapat kita lihat bahwa terdapat tiga faktor yang mempengaruhi harapan seseorang, yaitu variabel interaktan atau aktor, variabel lingkungan, dan variabel yang berhubungan dengan sifat interaksi.
Variabel aktor – merujuk pada karakteristik individu seperti jenis kelamin, umur, ras, budaya, dan status.
Variabel lingkungan – merujuk pada jumlah ruang yang tersedia dan sifat wilayah yang ada saat interaksi berlangsung.
Variabel interaksi – merujuk pada norma-norma sosial, tujuan interaksi, dan keformalan situasi.
Ketiga faktor tersebut nantinya berkembang menjadi karakteristik komunikator, karakteristik hubungan, dan konteks. Yang termasuk ke dalam karakteristik komunikator adalah usia, jenis kelamin, latar belakang budaya, penampilan individu, kepribadian, dan gaya komunikasi. Sementara itu, yang termasuk ke dalam karakteristik hubungan adalah kesamaan, kekeluargaan, status,  kesukaan, jenis hubungan yang dijalin oleh seseorang dengan yang lain, pengalaman yang dibagi dengan orang lain, dan kedekatan antara seseorang dengan orang lain. Terakhir, konteks merujuk pada karakteristik lingkungan dan interaksi.  Jika seseorang memiliki kemampuan untuk memberikan ganjaran atau hukuman kepada individu lainnya di masa mendatang maka orang tersebut memiliki valensi ganjaran positif.
2. Communicator reward valence – valensi ganjaran komunikator
Istilah valensi ganjaran komunikator digunakan untuk menggambarkan hasil penilaian. Dapat dikatakan bahwa valensi ganjaran komunikator adalah sebuah evaluasi yang dibuat oleh seseorang tentang orang lain yang melakukan pelanggaran harapan. Adapun konsep dibalik valensi ganjaran komunikator menurut Em Griffin adalah jumlah atribusi positif dan negatif yang dibawa oleh individu lainnya ditambah dengan potensi untuk memberi ganjaran atau menghukum individu lain sebagai penerima pesan di masa mendatang.

Terkait dengan ganjaran dan hukuman, dalam teori pertukaran sosial telah dijelaskan bahwa setiap individu akan mencari ganjaran dan berupaya untuk menghindari hukuman. Ketika individu berinteraksi dengan individu lainnya, maka ia akan menilai berbagai atribusi baik positif maupun negatif yang dibawa oleh individu lainnya.
3. Violation valence – valensi pelanggaran
Judee K. Burgoon meyakini bahwa deviasi atau penyimpangan atau pelanggaran dari harapan memiliki nilai gairah. Istilah nilai gairah digunakan untuk menggambarkan konsekuensi deviasi atau penyimpangan dari harapan. Ketika harapan seseorang dilanggar, akan membangkitkan minat atau perhatian seseorang dan kemudian ia akan menggunakan mekanisme tertentu untuk mengatasi pelanggaran tersebut. Saat gairah terjadi, minat atau perhatian seseorang terhadap penyimpangan atau deviasi akan meningkat dan seseorang menjadi kurang memperhatikan pesan dan lebih memperhatikan sumber gairah.
Seseorang mungkin saja akan mengalami peningkatan gairah kognitif dan gairah fisik. Yang dimaksud dengan gairah kognitif adalah kewaspadaan atau orientasi terhadap pelanggaran dimana indera intuitif kita semakin meningkat. Gairah fisik mencakup perilaku yang dimiliki komunkator saat berinteraksi. Begitu ada gairah maka ancaman bisa terjadi.


DRAMATISM of Kenneth Burke

Teori dramatisme adalah teori yang mencoba memahami tindakan kehidupan manusia sebagai drama. Dramatisme, sesuia dengan namanya, mengonseptualisasikan kehidupan sebagai sebuah drama, menempatkan suatu focus kritik pada adegan yang diperlihatkan oleh berbagai pemain. Seperti dalam drama, adegan dalam kehidupan adalah penting dalam menyingkap motivasi manusia. Dramatisme memberikan kepada kita sebuah metode yang sesuai untuk membahas tindakan komunikasi antara teks dan khalayak untuk teks, serta tindakan di dalam teks itu sendiri.
Asumsi Dramatisme
1. Manusia adalah hewan yang menggunakan symbol. Beberapa hal yang dilakukan manusia dimotivasi oleh naluri hewan yang ada dalam diri kita dan beberapa hal lainnya dimotivasi oleh symbol-simbol. Dari semua symbol yang digunakan manusia yang paling penting adalah bahasa.
2. Bahasa dan symbol membentuk sebuah system yang sangat penting bagi manusia. Sapir dan Whorf (1921; 1956) menyatakan bahwa sangat sulit untuk berfikir mengenai konsep atau objek tanpa adanya kata-kata bagi mereka. Jadi, orang dibatasi (dalam batas tertentu) dalam apa yang dapat mereka pahami oleh karena batasan bahasa mereka. Ketika manusia menggunakan bahasa, mereka juga digunakan oleh bahasa tertentu. Ketika bahasa dari suatu budaya tidak mempunyai symbol untuk motif tertentu, maka pembicara yang menggunakan bahasa tersebut juga cenderung untuk tidak memiliki motif tersebut. Kata-kata, pemikiran, dan tindakan memiliki hubungan yang sangat dekat satu sama lain.
3. Manusia adalah pembuat pilihan. Dasar utama dari dramatisme adalah pilihan manusia. Hal ini ada keterikatannya dengan konseptualisasi akan agensi (agency), atau kemampuan actor sosial untuk bertindak sebagai hasil pilihannya.


COGNITVE DISSONANCE THEORY of Leon Festinger 

Teori disonansi kognitif adalah teori yang menjelaskan bagaimana manusia secara konsisten mencari dan berupaya untuk mengurangi disonansi atau ketidaknyaman dalam berbagai situasi yang baru. Teori ini secara revolusional memikirkan tentang proses-proses psikologi sosial khususnya yang terkait dengan bagaimana suatu penghargaan berdampak pada sikap dan perilaku. Selain itu, teori ini juga menekankan pada bagaimana perilaku dan motivasi berdampak pada persepsi dan kognisi.

Asumsi Dasar
Dari uraian singkat teori disonansi kognitif yang dirumuskan oleh Festinger, maka dapat dikatakan bahwa teori disonansi kognitif didasarkan atas 3 (tiga) asumsi dasar, yaitu :
Manusia sangat sensitif terhadap adanya inkonsistensi antara tindakan dan kepercayaan.
Pengakuan terhadap adanya inkonsistensi ini dapat menyebabkan disonansi dan dapat memotivasi seorang individu untuk mengatasi disonansi yang ada.
Disonansi dapat diatasi melalui salah satu dari 3 (tiga) cara berikut ini, yaitu :
Perubahan kepercayaan.
Perubahan tindakan.
Perubahan persepsi tindakan.

Sabtu, 05 Januari 2019

Resume materi seminar

PENA BERSUARA
"SILENCE DOESN'T MEAN GOLD ANYMORE"aga
Pembicara :
- Maya Rachma, S.c (Arts)
- Sandra Olifia, M.Si

Moderator :
- Rizki Inayah Dwijayanti, S.Ikom, M.Ikom

Materi I, di sampaikan oleh Sandra Olifia, M.Si, yaitu:
Public speaking adalah ketika berbicara didepan publik atau orang banyak. Masalah utama bicara didepan umum adalah mentaluntuk menangani masalah ini menggunakan 5W+1H+Practise sebagai berikut:
  1. What, apa materi yang akan direncanakan untuk disampaikan depan orang banyak.
  2. Who, siapa sasaran kita atau audience. 
  3. Where, dimana tempat bicaranya, intonasi suaranya disesuaikan.
  4. Why, kenapa materi ini perlu disampaikan, harus mengusai audiencenya agar menguasai materi. 
  5. When, kapan suasana waktunya, harus diperhatikan agar audience bergairah saat kita berbicara.
  6. How, bagaimana persiapannya baik secara teknis seperti alat bantu misal power point. 
  7. Practise, berlatih dan mempraktekan terus menerus saat sebelum ingin tampil.
Materi II, disampaikan oleh Maya Rachma, S.c, yaitu:
Public speaking adalah latihan. Untuk latihan berbicara di depan umum ada beberapa cara, yaitu:
Percaya diri: masalah psikolog/mental, hanya diri sendiri yang bisa menyelesaikan.
Teknik vocal:
-Suara, pastikan terdengar audience.
-Artikulasi, lafalkan katakata dengan penuh keyakinan sehingga terdengar jelas.
-Packing/speed, pastikan cara bicara tidak terlalu cepat dan tidak terlalu pelan.
Ekspresi dan Gesture
-Ekspresi tunjukan excitement kamu saat berbicara. Bisa dengan memainkan alis atau tatapan mata dan gerak tangan.
-Intonasi, mainkan nada saat bicara seperti bicara kepada teman.
-Bergerak, secara natural dan nyaman, bisa gerakan tangan atau berjalan sesekali.
Komunikatif
-Engage your audience, perlakukan audience sebagai bagian dari forum.
-Eye contact, jangan takut menatap mata audience.
-Menyapa/bertanya pada audience, agar audience merasa bagian dari forum.

How should i prepare?
1. Persiapan materi
-Penyusunan materi, materi apa yang akan disampaikan.
-Bagaimana setting atau format acaranya.
-Siapa audience nya.
-Pointers, buatlah point materi apa saja yang ingin disampaikan.
2. Latihan, lihatlah dirimu beberapa kali agar percaya diri dan bisa menyusun konsep atau kata-kata efektif untuk menyampaikan materi.
3. Persiapan fisik
-Penampilan, gunakan pakaian yang sesuai
-Makan atau minum, pastikan kondisi fisik prima.
-Alat bantu, ppt sudah siap dan siapkan.
-Overcome rasa nervous,  tarik nafas dan menenangkan pikiran. 

Minggu, 16 Desember 2018

Sistem komunikasi organisasi



A.      KOMUNIKASI ORGANISASI

1.       Definisi
· Komunikasi organisasi adalah suatu sistem yang mapan dari mereka yang bekerja sama untuk mencapai tujuan bersama, melalui jenjang kepangkatan dan pembagian tugas. (Everet M. Rogers)
2. Jenis dan proses komunikasi organisasi
Jenis :
· Komunikasi lisan dan tertulis
Dasar penggolongan komunikasi lisan dan tertulis ini adalah bentuk pesan yang akan disampaikan. Banyak bentuk komunikasi: terutama komunikasi antar pribadi (interpersonal communication), disampaikan secara lisan maupun tertulis. Karena sebagian besar interaksi manusia terjadi dalam bentuk ini, maka berbagai studi telah dilakukan untuk menilai manfaat dan efisiensi dari pesan yang disampaikan dengan cara ini.
· Komunikasi verbal dan non verbal
Jika dua orang berinteraksi, maka informasi mengenai perasaan dan gagasan atau ide yang timbul akan dikomunikasikan. Perasaan seseorang juga dapat dinyatakan melalui berbagai isyarat-isyarat atau signal-signal non verbal. Dalam percakapan tatap muka langsung, perasaan, keadaan jiw, atau suasana hati seseorang dinyatakan melalui gerakan isyarat(gesture), ekspresi wajah, posisi dan gerakan badan, postur, kontak fisik, kontak pandangan mata, dan stimulasi non-verbal lain yang sama pentingnya dengan kata-kata yang diucapkan.
· Komunikasi kebawah, keatas, dan kesamping
Penggolongan komunikasi kebawah, keatas, dan kesamping (lateral) ini didasarkan pada arah aliran pesan-pesan dan informasi didalam suatu organisasi. Untuk memperoleh pengertian yang lebih mendalam, maka akan diuraikan ketiga jenis komunikasi tersebut :
- Komunikasi kebawah
Aliran informasi dalam komunikasi kebawah mengalir dari tingkatan manajemen puncak ke manajemen menengah, manajemen yang lebih rendah, dan akhirnya sampai pada karyawan operasional. Komunikasi ini juga mempunyai fungsi pengarahan, perintah, indoktrinasi, inspirasi dan evaluasi.
- Komunikasi keatas
Alirannya dalam hirarki wewenang yang lebih rendah ke lebih tinggi biasanya mengalir disepanjang rantai komando. Fungsi utamanya adalah untuk memperoleh informasi mengenai kegiatan, keputusan dan pelaksanaan pekerjaan karyawan pada tingkat yang lebih rendah.

- Komunikasi kesamping
Terjadi antara dua pejabat atau pihak yang berada dalam tingkatan hirarki wewenang yang sama (komunikasi horizontal) atau antara orang atau juga pihak pada tingkatan yang berbeda yang tidak mempunyai wewenang langsung terhadap pihak lainnya (komunikasi diagonal).
· Komunikasi formal dan informal
Komunikasi formal terjadi diantara karyawan melalui garis kewenangan yang telah ditetapkan oleh manajemen.
Komunikasi informal terjadi di antara karyawan dalam suatu organisasi yang dapat berinteraksi secara bebas satu sama lain terlepas dari kewenangan dan fungsi jabatan mereka.
Proses :
· Proses ideasi
- Tahap pertama dalam suatu proses komunikasi adalah ideasi (ideation) yaitu proses penciptaan gagasan atau informasi yang dilakukan oleh komunikator.
· Proses encoding
- Gagasan atau informasi disusun dalam serangkaian bentuk simbol atau sandi yang dirancang untuk dikirimkan kepada komunikan dan juga pemilihan saluran dan media komunikasi yang akan digunakan.
· Proses pengiriman
- Gagasan atau pesan yang telah disimbolkan atau disandikan (encoded) melalui saluran dan media komunikasi yang tersedia dalam organisasi. Pengiriman pesan dapat dilakukan dengan berbicara, menulis, menggambar dan bertindak.
· Proses penerimaan
- Penerimaan pesan ini dapat melalui proses mendengarkan, membaca, atau mengamati tergantung pada saluran dan media yang digunakan untuk mengirimkannya.
· Proses decoding
- Pesan-pesan yang diterima diintrepretasikan, dibaca, diartikan,dan diuraikan secara langsung atau tidak langsung melalui proses berfikir.
· Proses tindakan
- Respon komunikan dapat berbentuk usaha melengkapi informasi, meminta informasi tambahan, atau melakukan tindakan-tindakan lain.

3. Implikasi manajerial
Bagi pengelola organisasi terutama yang berada dalam tataran pimpinan harus memahami prilaku individu dan dinamika kelompok. Tiap kelompok biasanya memiliki prilaku yang unik dengan memahami dinamika kelompok akan dapat memahami pula proses interaksi dalam kelompok itu sendiri. Kinerja organisasi akan dapat diwujudkan bila didukung oleh kelompok-kelompok yang padu dan efektif.






http://annisafujiyana.blogspot.com/2013/05/komunikasi-dalam-organisasi.html?m=1

Sabtu, 01 Desember 2018

Sistem Komunikasi Kelompok

SISTEM KOMUNIKASI KELOMPOK

Pengertian
Komunikasi kelompok adalah sekumpulan orang yang berkomunikasi dan mempunyai tujuan bersama yang berinteraksi satu sama lain untuk mencapai tujuan bersama, mengenal satu sama lainnya, dan memandang mereka sebagai bagian dari kelompok tersebut. Kelompok ini misalnya adalah keluarga, kelompok diskusi, atau suatu komite yang tengah berapat untuk mengambil suatu keputusan. Dalam suatu kelompok terdapat sistem-sistem dalam berkomunikasi.

   Kelompok dan Pengaruhnya pada Perilaku Komunikasi.
   A.Klasifikasi kelompok
Tidak setiap himpunan orang disebut kelompok. kelompok mempunyai tujuan dan organisasi dan melibatkan interaksi diantara para anggotanya, jadi dengan kata lain kelompok mempunyai dua sifat psikologis. pertama, anggota kelompok merasa terikat dengan kelompok, kedua nasib anggota kelompok saling bergantung sehingga hasil setiap orang terkait dengan cara tertentu dengan hasil yang lain.
Klasifikasi Kelompok Dari perspektif psikologi, dan juga sosiologi, kelompok dapat diklasifikasikan ke dalam :
1) Kelompok Primer dan kelompok Sekunder
2) In-group dan Out-group
3) Kelompok Keanggotaan dan Kelompok Rujukan
4) Kelompok Deskriptif dan Kelompok Preskriptif.
Ø  Kelompok primer dan sekunderr
Karakteristik kelompok primer, yaitu:
  •   Kualitas komunikasinya bersifat dalam dan meluas
  • ·   Komunikasinya bersifat personal
  •  Komunikasinya lebih menekankan aspek hubungan daripada isi.
Sedangkan karakteristik kelompok skunder adalah kebalikan dari kelompok primer.
Ø  Ingroup dan Outgroup
Ingroup adalah kelompok kita, sedangkan outgroup adalah kelompok mereka. Ingroup dapat berupa kelompok primer maupun sekunder. sedangkan  Untuk membedakan ingroup dan outgroup, kita membuat batas yang menentukan siapa orang dalam dan siapa orang luar. Batas ini dapat berupa batas geografis, suku bangsa, pandangan atau ideology, pekerjaan atau profesi, bahasa, status sosial dan kekerabatan.
Ø  Kelompok Keanggotaan dan Kelompok Rujukan
Dari sini lahir definisi kelompok rujukan sebagai kelompok yang digunakan sebagai alat ukur (standar) untuk menilai diri sendiri atau membentuk sikap. Kelompok yang terikat kita secara nominal adalah kelompok rujukan kita, sedangkan yang memberikan kita identifikasi psikologis adalah kelompok rujukan. Para ahli persuasi sudah lama menyadari peranan kelompok rujukan dalam memperteguh atau mengubah sikap dan perilaku.
Ø  Kelompok Deskriftif dan Kelompok Preskriptif
Kategori deskriktif menunjukan klasifikasi kelompok dengan melihat proses pembentukanya secara almiah. Kategori preskriktif mengklafikasikn kelompok secara rasional yang harus dilewati oleh anggota kelompok untuk mencapai tujuanya.
2.Pengaruh Kelompok pada Perilaku Komunikasi.
• Konformitas
Apabila sejumlah orang dalam kelompok mengatakan atau melakukan sesuatu, ada kecenderungan para anggota untuk mengatakan dan melakukan hal yang sama pula. Adapun faktor-faktor yang mempengaruhi konformitas yaitu:
1)      faktor situasional yaitu kejelasan situasi, konteks situasi, cara menyampaikan penilaian, karakteristik sumber pengaruh, ukuran kelompok, dan tingkat kesepakatan kelompok
2)      faktor personal yaitu usia, jenis kelamin, stabilitas emosianal, ototarianisme, kecerdasan, motivaasi, dan harga diri
• Fasilitas sosial
Prestasi individu yang meningkat karena disaksikan kelompok disebut allport fasilitas social. Fasiliotasi menunjukan kelancaran atau peningkatan kualitas kerja karena ditonton kelompok. Kelompok mempengarui pekerjaan sehingga tampak lebih mudah.
• Polarisasi
Ada anggapan yang kuat bahwa dalam kelompok individu kurang berani kurang kreatif dan kurang inovatif, kelompok cenderung mengurangi resiko. Orang cenderung memiliki keputusan yang lebih berani justru disaat mereka berada dalam kelompok daripada diluar kelompok. Gejala ini kemudian dikenal sebagai geseran resiko. Lebih tepat kalau memasukan risty shift pada gejala yang lebih umum, yaitu geseran menujun polarisasi, yang terjadi dalam komunikasi kelompok  para anggota mempunyai anggota lebih mendukung tindakan tertentu, setelah diskusi mereka menjadi lebih kuat lagi. 

B.     Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Keefektifan Kelompok
    1.Faktor situasional : karakteristik kelompok
Ada 4 faktor situasional yang mempengaruhi efektifitas komunikasi kelompok sebagai berikut :
    a)  Ukuran kelompok
Hubungan antara ukuran kelompok dengan prestasi kerja kelompok/performance yang bergantung pada jenis tugas yang harus diselesaikan oleh sebuah kelompok. Sehubungan dengan hal tersebut, ada dua tugas kelompok, yaitu tugas koaktif dan tugas interaktif. b)      jaringan komunikasi
    Ada lima macam jaringan komunikasi , yaitu : (1) Roda, (2) Rantai, (3) Y, (4) lingkaran, (5) Bintang.

  
   c) Kohesi kelompok
Kohesi kelompok berarti adanya semangat kelompok yang tinggi, hubungan interpersonal yang akrab, kestiakawanan, dan perasaan “kita” yang dalam.
Kohesi kelompok diukur dari :
a. keterikatan anggota secara interpersonal satu sama lain
b. ketertarikan anggota pada kegiatan dan fungsi kelompok
c. sejauh mana anggota tertarik pada kelompok sebagai alat untuk memuaskan kebutuhan.
d). Kepemimpinan
Kepemimpinan adalah komunikasi yang secara positif mempengaruhi kelompok untuk bergerak ke arah tujuan kelompok. Kepemimpinan adalah faktor yang paling menentukan keefektifan komunikasi kelompok.Ada tiga gaya kepemimpinan, yaitu otoriter, demokratis, dan laissez faire.

2).Faktor Personal: Karakteristik AnggotaKelompok
   a)Kebutuhan Interpersonal
William C. Schultz merumuskan teori FIRO ( Fundamental Interpersonal Relation Orientation). Menurut teori ini, orang memasuki kelompok karena didorong oleh 3 kebutuhan interpersonal, yaitu:
a.inclusion : ingin masuk, menjadi bagian kelompok;
b. Control : ingin mengendalikan orang lain dalam suatu tatanan hirarkis.
c. Affection : ingin memperoleh keakraban emosional dari anggota kelompok yang lain.
   b)Tindakan komunikasi
Bila kelompok bertemu, terjadilah pertukaran informasi. Setiap anggota berusaha menyampaikan atau menerima informasi, baik secara verbal maupun nonverbal.

Dalam tindakan komunikasi, termasuk pernyataan, pertanyaan, pendapat, atau isyarat yang disampaikan atau yang diterima oleh para anggota kelompok.
   c)Peranan
Seperti halnya tindakan komunikasi, peranan yang dimainkan oleh anggota kelompok dapat membantu penyelesaian tugas kelompok, memelihara hubungan emosional yang baik, atau hanya menampilkan kepentingan individu saja. Peranan yang pertama disebut peranan tugas kelompok; sedangkan yang kedua disebut peranan pemelihara kelompok; yang ketiga disebut peranan individual.
C.Bentuk-Bentuk Komunikasi Kelompok
Komunikasi kelompok adalah sekumpulan orang yang berkomunikasi danmempunyai tujuan bersama yang berinteraksi satu sama lain untuk mencapai tujuan bersama, mengenal satu sama lainnya, dan memandang mereka sebagai bagian dari kelompok tersebut. Kelompok ini misalnya adalah keluarga, kelompok diskusi, atau suatu komite yang tengah berapat untuk mengambil suatu
1.      Komunikasi Kelompok Deskriptif
Ø  Kelompok Tugas : model Fisher
Aubrey Fisher meneliti tindak komunikasi kelompok tugas, dan menemukan bahwa kelompok melewati empat tahap: orientasi, konflik, pemunculan dan peneguhan. 
Ø  Kelompok Pertemuan: Model Bennis dan Shepherd
Model Bennis dan  Shepherd yanguraiannya kita kutip dari Cragan dan Wright (1980).
Tahap satu: keberuntungan pada otorititas
Tahap kedua: kebergantungan satu sama lain.
Ø  Kelompok penyadar: Model Chesebro, Cragan, McCullogh
Pada tahun 1970, James Chesebro, John Cragan, dan Patricia McCullough melakukan studi lapangan di Minessota tentang gerakan revolusioner kaum homoseksual. Dari penelitian inilah mereka merumuskan 4 tahap yaitu :
Tahap satu: kesadaran diri akan identitas baru.
Tahap dua: identitas kelompok melalui polarisasi.
Tahap tiga: menegakkan nilai-nilai baru bagi kelompok.
Tahap empat: menghubungkan diri dengan kelompok revolusioner lainnya.

2.      Komunikasi Kelompok  Preskriptif
            Berbagai komunikasi kelompok menurut formatnya  dapat diklasifikasikan pada dua kelompok besar: privat dan publik (terbatas dan terbuka). Kelompok pertemuan (kelompok terapi), kelompok belajar, panitia, konferensi (rapat) adalah kelompok privet. Panel, wawancara terbuka (public interview), forum, simposium, diskusi panel, macam-macam forum, kolokium, dan prosedur parlementer.
a)      Format Diskusi
Format diskusi yang diuraikan di sini didasarkan atas susunan tempat duduk, urutan siapa yang berbicara dan kapan, dan aturan waktu yang didizinkan untuk berbicara. Lamgkah yang harus dilakukan untuk melakukan diskusi ialah :
1)Diskusi meja bundar adalah susunan tempat duduk yang bundar yang akan mendapatkan arus komunikasi yang bebas diantara anggota-anggota kelompok. 
2)Simposium adalah serangkaian pidato pendek yang menyajikan berbagai aspek dari sebuah topik atau posisi yang pro dan kontra terhadap masalah yang kontroversial, dalam format diskusi yang sudah dirancang sebelumnya.
3)Diskusi panel: diskusi panel adalah format khusus yang anggota-anggota kelompoknya berinteraksi, baik berhadapan maupun melalui seorang mediator, di antara mereka sendiri dan dengan hadirin tentang masalah yang kontroversial. 
4)Macam-macam forum: Forum adalah waktu tanya jawab yang terjadi setelah diskusi terbuka. Ada 5 macam forum: 1. Forum ceramah, 2. Forum debat, 3.forum Dialog, 4. Forum panel dan 5. Forum simposium.
5)Kolokium adalah sejenis format diskusi yang memberikan kesempatan kepada wakil-wakil khalayak untuk mengajukan pertanyaan yang sudah dipersiapkan kepada seorang  (atau beberapa orang) ahli. 
6)Prosedure parlementer: prosedure parlementer adalah format diskusi yang secara ketat mengatur peserta diskusi yang besar pada periode waktu yang tertentu ketika sejumlah keputusan harus dibuat.para peserta harus mengikuti peraturan tata tertib yang telah di tetapkan secara eksplisit. 
b)      Sistem Agenda Pemecahan Masalah
Disini kiyta akan menyebutkan tiga pola: urutan pemecahan masalah kreatif, urutan berfikir reflektif, dan urutan solusi ideal.
Urutan pemecahan masalah kreatif
1.      Apakah sebenarnya masalah yang kita hadapi (keadaan sekarang, hambatan, penyebab dan tujuan)
2.      Apakah yang harus kita lakukan untuk pemecahan masalah
3.      Kriteria apa yang kita gunakan untuk menilai berbagai kemungkinan pemecahan masalah?
4.      Apakah kelebihan setiap alternatif pemecahan?
5.      Bagaimana menjalankan solusi kita?
c)      Urutan Berfikir Reflektif
Urutan ini berbeda dengan urutan pemecahan masalah kreatif karena disini kritik dianjurkan sebelum pemecahan masalah dinyatakan.
1.      Apakah masalah yang sedang kita hadapi
2.      Kriteria apa yang harus kita gunakan untuk menilai berbagai alternatif solusi
3.      Apa solusi yang mungkin, dan apa kelebihan masing-masing?

d)      Pola Solusi Ideal
Pola ini di gunakan untuk mengatasi masalah yang akan memengaruhi berbagai macam kelompok yang mempunyai kepentingan yang berlainan, atau yang memerlukan dukungan berbagai jenis orang yang mempunyai nilai yang berlainan.
1.      Apakah masalah yang kita hadapi?
2.      Apakah pemecahan yang ideal ditiinjau dari berbagai kepentingan kelompk?
3.      Apa yang dapat kita ubah pada situasi sekarang?
4.      Solusi mana yang paling mendekati ideal?
5.      Bagaimana melaksanakan solusi itu?

DAFTAR PUSTAKA
Rakhmat, Jalaluddin. 2005. Psikologi Komunikasi. Bandung: Remaja Rosdakarya.
http://syul-hadi.blogspot.com/2014/01/sistem-komunikasi-kelompok.html?m=1